سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ
لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي
بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ
ٱلۡبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
(QS. Al Isra 17:1)
Peristiwa
Isra Mikraj adalah peristiwa besar dalam Islam. Para Ulama menyebutnya sebagai
Mukjizat nabi terbesar kedua setelah mukjizat Al-Quran.
Kami menghimpun banyak riwayat shahih yang menunjukkan minimalnya ada 12 mukjizat
yang dimiliki Nabi saw, yaitu: mukjizat
al-Quranul Karim, Isra mi’raj, membelah bulan menjadi dua, air keluar
dari jari-jemari beliau, makanan yang sedikit cukup untuk banyak orang, air
susu segelas bisa mengenyangkan banyak orang, meminta hujan yang cepat
dikabulkan, menyembuhkan sakit mata, prediksi prediksi masa depan yang
terbukti, dan lain sebagainya.
Mengingat pentingnya peristiwa ini
maka diabadikan sebagai nama surat ke-17Al Qur'an sekligus ayat pertamanya.
Allah Ta’ala mengawali surah
tersebut dengan kata “subhana” (Maha Suci). Menunjukkan betapa menakjubkannya peristiwa
Isra Miraj. Kemudian proses perjalanan Isra Miraj secara tegas dikisahkan dengan
kata kerja “asraa” (memperjalankan). Bukan “saraa” (berjalan). Kata “asraa” dalam
gramatikal Arab adalah “fi'il muta'adi” (kata kerja transitif), mengharuskan
keterlibatan subjek dan objek. Berarti dalam
Isra Miraj Rasulullah tidak berjalan atas inisiatif dan kemampuan sendiri. Tetapi
murni “campur tangan” Allah.
Secara jelas, Allah mengatakan “bi
'abdihi” (hamba Nya). Menegaskan bahwa Rasulullah sebagai “objek yg diperjalankan”
dalam Isra Miraj. Perhatikan, bagaimana Allah memanggil beliau dengan “ibadihi”
bukan namanya langsung sebagaimana nabi-nabi yang lain seperti:
“ya Musa” atau “ya Syuaib”. Menunjukkan keistimewaan beliau dihadapan Allah,
sekaligus menandaskan bahwa Muhammad adalah “Imamul Anbiya wal Mursalin”
Kapan terjadinya Isra Mikraj? Isra
Miraj terjadi pada waktu malam hari (lailan), dari bada isya hingga
menjelang fajar. Sebab pada wktu subuh nabi masih sempat mengimami shalat
bersama para sahabat. Berarti durasi perjalanan sekitar 8-9 jam.
Tentang rute Isra Miraj ini cukup
menarik. Dari Masjidil Haram (di Makkah) ke Masjidil Aqsha (di Palestina). Kenapa
tidak dari Masjidil Haram langsung naik ke langit? Kenapa Masjidil Aqsha
dipilih sebagai tempat take off nya Buraq? Mengapa Baitul Maqdis Palestina
dipilih seagai tempat transit Buraq sebelum naik ke langit. Pasti ada hikmah di
balik itu semua. Mungkin jawabannya adalah:
Pertama, “agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami…”. Menurut beberapa
keterangan, ketika Buraq bertolak dari Masjidil Aqsha menuju Langit, jalan yang
dilalui berupa jalan lurus tanpa adanya belokan, sehingga jarak tempuh menjadi
lebih singkat. Bahkan dalam satu riwayat dikatakan bahwa posisi Masjidil Aqsha
terletak tegak lurus dengan pintu langit. Jadi alasannya lebih kepada factor astronomis. Wallahu ‘Alam.
Kedua, pemilihan Masjidil Aqsha sabagai bagian dari rute berarti
perjalanan tersebut adalah perjalanan “dari masjid ke masjid”. Faktor ini sekaligus
mengingatkan kita betapa sentralnya peran masjid dalam Islam.
Ketiga, ternyata fakta sejarah juga
medukung. Baitul Maqdis pernah menjadi kiblat pertama umat Islam. Sehingga
perjalanan Isra terjadi di antara dua kiblat. Jauh sebelum Rasulullah Saw.
diutus, kawasan sekitar Palestina merupakan negeri para Nabi dan Rasul. Bahkan
menurut Ibn Kholdun, Palestina dan wilayah Syam disebut sebagai “wilayah lingkar
pertama peradaban manusia”. Secara tidak langsung, Allah ingin mengajak
Rasulullah utk kilas balik perjuangan dakwah nabi dan rasul sebelumnya. Dan
memang kondisi jiwa Rasulullah sebelum Isra Miraj sedang tidak stabil
sepeninggal Abu Thalib dan istri terkasih, Siti Khadijah.
Lebih jauh dari itu, ternyata
hingga era kontemporer saat ini pembicaraan tentang Masjidil Aqsha masih
berlangsung mungkin hingga hari kiamat datang.
Terkait informasi kronologis Isra Mikraj, serta
apakah kendaraan Buraq itu adalah metafora (majazi) ataukah betulan (haqiqi), perhatikan
Hadis Shahih Riwayat Muslim
berikut – 234
ini:
Dari
Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih,
lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan
tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya." Beliau bersabda
lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul
Maqdis." Beliau bersabda lagi: "Kemudian aku mengikatnya pada tiang
masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Sejurus kemudian aku
masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat sebanyak dua rakaat.
Setelah selesai aku
terus keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak
dan semangkuk susu. Dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril berkata, 'Kamu telah
memilih fitrah'.
Lalu Jibril
membawaku naik ke langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka
ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi,
'Siapa yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi,
'Apakah dia telah diutus? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutus.' Maka
dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Adam, dia
menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan.
Lalu aku dibawa
naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan
lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapa
yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia
telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan
kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria,
mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi
naik langit ketiga. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan,
'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah
bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia
telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun
dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf Alaihis Salam,
ternyata dia telah dikaruniakan dengan kedudukan yang sangat tinggi. Dia terus
menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi
naik ke langit keempat. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran
suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril
ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril
ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah
diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi
Idris Alaihis Salam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Allah berfirman: '(Dan kami telah menganggkat ke tempat yang tinggi darjatnya)
'.
Aku dibawa lagi
naik ke langit kelima. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran
suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril
ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril
ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah
diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi
Harun Alaihissalam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi
naik ke langit keenam. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran
suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril
ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril
ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah
diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi
Musa, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi
naik ke langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara
bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawabnya, 'Jibril'. Jibril ditanya
lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi,
'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'.
Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam,
dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap
hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar, mereka tidak
kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur).
Kemudian aku dibawa
ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan ternyata
buahnya sebesar tempayan." Beliau bersabda: "Ketika beliau menaikinya
dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha berubah. Tidak seorang pun dari
makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya karena indahnya. Lalu Allah
memberikan wahyu kepada beliau dengan mewajibkan shalat lima puluh waktu sehari
semalam. Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa Alaihissalam, dia bertanya,
'Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? ' Beliau bersabda:
"Shalat lima puluh waktu'. Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu,
mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah
mencoba Bani Israel dan menguji mereka'. Beliau bersabda: "Aku kembali
kepada Tuhan seraya berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku'.
Lalu Allah subhanahu wata'ala. mengurangkan lima waktu shalat dari beliau'.
Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata, 'Allah telah mengurangkan lima
waktu shalat dariku'. Nabi Musa berkata, 'Umatmu tidak akan mampu melaksanakannya.
Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi'. Beliau bersabda:
"Aku masih saja bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah
berfirman: 'Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima waktu sehari
semalam. Setiap shalat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka
itulah lima puluh shalat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat, untuk
melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu
kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya.
Sebaliknya barangsiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak
melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu jika dia
mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya'. Aku turun hingga
sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih saja
berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan'. Aku menjawab, 'Aku
terlalu banyak berulang-ulang kembali kepada Tuhanku, sehingga menyebabkanku
malu kepada-Nya'." (HR.Musliam-234)
Wallahu ‘Alam bi al Showwab. (Abu
Yasmin)
Komplek masjidil Aqso dilihat dari udara |
0 thoughts on “ Memahami Peristiwa Isra Mi’raj”