Bangun Heksagonal
Logo TRENSAINS dibingkai oleh bangun
heksagonal (sarang lebah) yang melambangkan kondisi pendidikan yang diidamkan
oleh TRENSAINS yaitu pendidikan yang efisien namun
memberikan manfaat maksimal bagi kehidupan. Hal ini sebagaimana filosofi
heksagonal yang merupakan bentuk paling efisien menampung volume dalam jumlah
banyak. Secara cermat lebah telah menggunakan bentuk heksagonal sebagai sarang
sekaligus wadah untuk menampung madunya. Semua aspek yang dimiliki lebah telah
terbukti bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Matahari Bersinar (Muhammadiyah)
Lambang dan nama
institusi dibungkus oleh sinar matahari
memberi simbol bahwa salahsatu misi utama TRENSAINS adalah dakwah yang
mencerahkan dan mencerdaskan. TRENSAINS memandang, untuk membangun kembali
peradaban Islam harus dilakukan pembangunan ulang pola pikir (mind
rekontruction), dan salahsatu usaha pentinya adalah membangun kembali sistem
pendidikan Rabbani yang berporos pada wahyu Ilahi.
Warna Dasar Biru
Konstanta Planck
Di awal abad 20 terjadi
kebuntuan dalam memahami perilaku alam, tepatnya perilaku radiasi benda hitam.
Mekanika Newton
dan persamaan medan elektromagnetik Maxwell sebagai kerangka utama berfikir
tentang materi dan gelombang gagal menjelaskan distribusi energy radiasi benda
hitam tersebut. Padahal dengan dua teori utama tersebut, para ilmuwan
sebagaimana diwakili oleh James Clerk Maxwell dalam orasi ilmiahnya di
Universitas Harvard tahun 1877 meyakini bahwa teori puncak (the ultimate
theory) yang mampu menjelaskan semua fenomena di alam telah diperoleh. Sayangnya, fenomena radiasi benda hitam
meruntuhkan keyakinan ini.
Mekanika klasik Newtonian memperlakukan materi
sebagai materi. Artinya, materi sebagai obyek yang terkurung di dalam ruang
hanya mempunyai sifat-sifat khas materi seperti tumbukan antar materi dengan
transfer momentum-energinya. Sebaliknya, teori Maxwell memperlakukan gelombang
sebagai obyek yang menyebar di dalam ruang hanya mempunyai sifat gelombang
seperti difraksi dan interferensi. Tidak pernah sifat sebaliknya, materi
mengalami difraksi dan gelombang mengalami tumbukan. Ketika pendekatan klasik
ini diterapkan dalam radiasi benda hitam yang diperoleh adalah prediksi bencana
ultra-ungu (ultraviolet catasthrope), yang justru tidak terjadi di alam.
Diskusi demi diskusi dari para ahli fisika
tidak mampu menghasilkan perumusan yang mampu menjelaskan kurva radiasi energi
benda hitam. Sampai akhirnya, fisikawan Jerman Max Planck membuat asumsi yang
keluar dari kebiasaan saat itu. Energy radiasi tidak dapat mempunyai energy
sembarang tetapi mempunyai energy tertentu yakni kelipatan bulat dari energy dan
atau frekwensi dasar. Energi radiasi tidak mempunyai nilai kontinyu tetapi
diskrit, energi terpaket atau terkuantisasi. Inilah teori kuantum.
Di dalam hipotesisnya, Planck
memperkenalkan konstanta alam yang disimbolkan oleh huruf h dan menghubungkan besaran
energy (E) dan frekwensi (f), E=hf. Dalam
pemakaian lebih lanjut sering digunakan tanda h coret yang berarti tetapan alam h dibagi 2p. Teori kuantum
dengan tetapan alam Planck ini berhasil mengakhiri kebuntuan pemikiran para
ilmuwan saat itu, sekaligus menandai revolusi dan era baru dalam memandang alam
semesta.
TRENSAINS mengambil tetapan alam mini sebagai
symbol dengan harapan TRENSAINS menandai revolusi pesantren dan babak baru
pendidikan yang integral holistik sebagaimana Islam itu sendiri. Pesantren
tidak lagi hanya mengajarkan ilmu agama dan menyerahkan pengajaran sains pada
sekolah umum. Sains harus disatukan dengan agama dalam arti yang sesungguhnya,
tidak karikatif dan permukaan.
Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam juga
dikembalikan sebagai pemandu yang sekaligus sumber inspirasi bagi konstruksi
dan pengembangan sains. Upaya ini dilakukan secara sadar, terencana dan terarah
di dalam TRENSAINS. Upaya ini tidak lain merupakan upaya untuk mengembalikan
bangunan peradaban Islam, peradaban yang bertumpu pada iman dan ilmu.