Menurut sebagian kalangan muslim, malam
nisfu Sya’ban, yaitu malam 15 Sya’ban adalah malam mulia. Sehingga mereka pun
mengkhususkan amalan-amalan tertentu pada malam tersebut. Benarkah malam nisfu
Sya’ban punya keistimewaan? benarkah ada amalan tertentu yang harus dikerjakan?
Berikut poin-poin pentinganya:
1. BULAN SYABAN SECARA UMUM ADALAH ISTIMEWA
Bulan Sya’ban Secara umum adalah bulan sitimewa. Terletak antara Rajab dan
Ramadhan. Diantara keistimewaannya adalah bulan syaban adalah waktu dinaikkannya
amalan. Diberitakan bahwa Nabi saw sangat suka beruasa di bulan syaban karena
waktu itu momen diangkatnya amal.
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ
شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ
يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban –bulan antara Rajab dan
Ramadhan- adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan
dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu,
aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An-Nasa’i no.
2359-hasan).
Setiap pekannya, amalan seseorang juga
diangkat yaitu pada hari Senin dan Kamis.
تُعْرَضُ أَعْمَالُ النَّاسِ فِى كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّتَيْنِ يَوْمَ
الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ إِلاَّ
عَبْدًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ اتْرُكُوا – أَوِ ارْكُوا
– هَذَيْنِ حَتَّى يَفِيئَا
“Amalan manusia dihadapkan pada setiap
pekannya dua kali yaitu pada hari Senin dan hari Kamis. Setiap hamba yang
beriman akan diampuni kecuali hamba yang punya permusuhan dengan sesama. Lalu
dikatakan, ‘Tinggalkan mereka sampai keduanya berdamai’.” (HR. Muslim no.2565)
2. PERBEDAAN PENDAPAT
HADIS “MALAM NISFU SYA’BAN”
Banyak hadis yang menyatakan keutamaan
malam nisfu Sya’ban bahwa di malam tersebut akan ada banyak pengampunan dosa. Keterangan tersebut diriwayatkan oleh banyak
jalur namun intinya dua hadis:
Hadits dari Mu’adz bin Jabal ra .
يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada
malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik
dan orang yang bermusuhan.”
Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr ra.
يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا اِثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ
“Allah ‘azza wa jalla mendatangi
makhluk-Nya pada malam nisfu Sya’ban, Allah mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali
dua orang yaitu orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh jiwa.”
Kesimpulan:
Setelah meninjau riwayat-riwayat di atas, para
peneliti hadis seperti Ibn Rajab mengatakan “Hadits yang menjelaskan keutamaan
malam nisfu Sya’ban ada beberapa. Para ulama berselisih pendapat mengenai
statusnya. Kebanyakan ulama mendhaifkan hadits-hadits tersebut. Ibnu Hibban
menshahihkan sebagian hadits tersebut dan beliau masukkan dalam kitab
shahihnya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hal. 245).
Intinya, menurut kami, kembali kepada
penilaian hadis. Penilaian kebanyakan
ulama, keutamaan malam nisfu Sya’ban dinilai dha’if. Namun sebagian ulama menshahihkannya.
3. AMALAN NISFU SYA’BAN
Taruhlah hadits keutamaan malam nisfu
Sya’ban itu shahih, bukan berarti boleh menghususkan amalan tertentu pada malam
tersebut. Seperti kumpul-kumpul untuk shalat sunah berjama’ah, membaca Yasin,
do’a bersama, makan bersama, atau dengan amalan khusus lainnya.
Karena mengkhususkan amalan seperti itu
harus dengan dalil. Kalau tidak ada dalil berarti amalan tersebut mengada-ada.
Walau sebagian ulama ada yang menganjurkan
shalat di malam nisfu Sya’ban. Namun shalat tersebut cukup dilakukan seorang
diri. Ibnu Rajab mengatakan, “Mengenai shalat malam di malam Nisfu Sya’ban,
maka tidak ada satu pun dalil dari Nabi saw.”
Memang terdapat riwayat dari sekelompok
tabi’in Syam yang menghidupkan malam
Nisfu Sya’ban dengan shalat, tetapi tidak perlu menghususkan dengan jumlah
rakaat tertentu dan tidak harus berjmaah. Artinya kita qiyamulail sebagimana
biasanya karena ini yang dicontohkan.
4. MALAM NISFU SYABAN SAMA
DENGAN MALAM LAINNYA
Kalau kita biasa shalat tahajud di luar
nisfu Sya’ban, nilainya tetap sama dengan shalat tahajud di malam nisfu
Sya’ban.
‘Abdullah bin Al Mubarak pernah ditanya
mengenai turunnya Allah pada malam Nisfu Sya’ban, lantas beliau pun memberi
jawaban pada si penanya, “Wahai orang yang lemah! Yang engkau maksudkan adalah
malam nisfu Sya’ban? Perlu engkau tahu bahwa Allah itu turun di setiap malam bukan
pada malam nisfu Sya’ban saja.” Dikeluarkan oleh Abu ‘Utsman Ash Shobuni dalam I’tiqod
Ahlis Sunnah (92).
5. CUKUP PERBANYAK PUASA
DI BULAN SYABAN (SEBAGAIMANA KEBIASAAN NABI)
Kalau mau meraih kebaikan, bisa diraih
dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban. ‘Aisyah ra. berkata,
فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ
شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى
شَعْبَانَ
“Aku tidak pernah sama sekali melihat
Rasulullah saw. berpuasa secara sempurna sebulan penuh
selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang
lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan
Muslim no. 1156)
6. PERBANYAK MEMBACA
ALQURAN
Beberapa komentar ulama tentang seharusnya mengisi bulan Syaban.
Salamah bin Kahil berkata,
كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ القُرَّاء
“Dahulu bulan Sya’ban disebut pula dengan
bulan membaca Al Qur’an.”
وَكَانَ عَمْرٌو بْنِ قَيْسٍ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ شَعْبَانَ أَغْلَقَ
حَانَوَتَهُ وَتَفْرُغُ لِقِرَاءَةِ القُرْآنِ
‘Amr bin Qois ketika memasuki bulan
Sya’ban, beliau menutup tokonya dan lebih menyibukkan diri dengan Al Qur’an.
Abu Bakr Al Balkhi berkata,
شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ
، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حِصَادِ الزَّرْعِ
“Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban
saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.”
7. YG MASIH HUTANG
RAMADHAN SEGERA DILUNASI
Dari Abu Salamah, beliau beliau mendengar
‘Aisyah ra. mengatakan,
كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ
أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ
“Aku masih memiliki utang puasa
Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” Yahya
(salah satu perowi hadits) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena
beliau sibuk mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no.
1950 dan Muslim no. 1146)
Wallahu Alam (Abu Yasmin)
0 thoughts on “Tentang Malam Nisfu Sya'ban dan Amalan-Amalannya”