Sragen. –Sekitar 150 audiens yang terdiri dari santri dan guru, mengikuti Kuliah Umum Santri bertajuk “Fisika Membedah Isi Perut Bumi” yang diselenggarakan oleh SMA Trensains Sragen, Jawa Tengah, Sabtu, (16/1) malam.
Kuliah umum yang bedurasi 3 jam ini disampaikan oleh Prof. Dr. rer. nat Umar Fauzi, Guru Besar Geofisika, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Nama Trensains mulai familiar dikalangan akademisi. Nama tersebut merupakan akronim dari Pesantren Sains yang muncul secara spontan dari Umar Fauzi saat berbincang dengan Agus Purwanto, beberapa tahun lalu. Dua pakar Fisika itu merupakan satu angkatan di ITB.
“Ketika kami ngobrol tiba-tiba saja Prof. Umar sambil iseng bilang ‘Trensains’. Saya mengulang-ngulang kata itu. Ternyata bagus, akhirnya dipakailah nama itu”, kata Guspur sapaan akrab Agus Purwanto saat menyampaikan kata pengantar dalam acara tersebut.
Trensains merupakan gerakan mengetrenkan sains di lingkungan pesantren. Materi ajarnya menggabungkan pemahaman al-Quran, sains kealaman, dan interaksinya. Pendek kata Trensains dalam pengajarannya menitikberatkan interaksi antara agama dan sains. Umar Fuazi menyebut Trensains sebagai perpaduan antara Fikr dan Dzikr. Dia berharap santri Trensains menjadi ilmuwan yang menguasi teknologi tetapi tidak meninggalkan kitabnya. Sebagaimana idealnya para ilmuwan muslim abad VI-XIII masehi.
Umar menyebut hasil temuan para ilmuwan selama tujuh abad pedaban Islam mengusai dunia selalu berorientasi pada nilai ilahiyah. Umar menemukan kalimat Tauhid pada buku Al Jabar dan sejumlah karya ilmuwan lainnya. Dia menyebut Prof. David King ketika menjadi ahli dalam menentukan arah kiblat itu didorong keinginan untuk beribadah sehingga bisa menemukan rumus Matematika Sinus (sin), Cosinus (cos), dan Tangen (tan).
Dalam paparannya, untuk membedah isi perut bumi dapat menggunakan ilmu fisika, terutama terkait dengan teori ilmu gelombang dan teori grafitasi. Dengan menggunakan dua teori tersebut mampu mengidentifikasi lapisan perut bumi. Umar membagi lapisan perut bumi atas: inti dalam (5000 drajat celcius), inti luar, matel, permukaan, dan kerak bumi. Lapisan terluar bumi, kata dia berkedalaman 40 km sedangkan jari-jari bumi panjangnya 6.400 km.
“Rusia pernah mengklaim sudah mengebor bumi sedalam 14 km. Amerika juga mengklaim mengebor bumi sedalam 10 km. Namun, data-data terkait klaim itu tidak jelas. Pada 1990, Jerman bersama sejumlah negara lainnya membiayai pengeboran bumi. Setiap hari hanya mampu mengebor sedalam 20 cm. Material hasil pengeboran dikeluarkan dan diterima para ahli dari berbagai negara. Pada 1997, pengeboran dihentikan karena dananya minim. Pengeboran itu hanya mampu sedalam 9,2 km. Kini lokasi pengeboran itu jadi musium geologi. Semua hasil penelitian dan buktinya ada semua.”kata Umar.
Umar pernah singgah di lokasi itu pada 1992 ketika menempuh pendidikan S3 di Jerman. Umar berpendapat untuk mengetahui lapisan bumi tidak perlu mengebor bumi tetapi memanfaatkan gelombang gempa yang direkam stenografi. Gelombang lebih cepat diterima stenografi (Geofon) ketika melewati benda padat. Goresan yang dihasilkan stenografi itu, kata dia bisa menentukan lapisan bumi yang padat dan berongga.
Demikian pula penentuan lapisan bumi bisa diketahui lewat teori gravitasi dengan mengunakan pegas. “Ketika pegas diberi beban dan ditempatkan dibeberapa titik ternyata daya tarik garvitasi berbeda-beda. Perbedaan daya tarik gravitasi itu menunjukkan ada lapisan bumi yang padat dan berongga,” ujarnya. (Abu Yasmin)
0 thoughts on “Santri Trensains Ngaji Geofisika ”