smatrensains.com, Sragen - Mendalami peran sebagai seorang pembawa acara,
dalam sebuah acara motivasi yang diadakan di SMA Trensains Muhammadiyah Sragen,
saya ditunjuk untuk membawakan acara tersebut dengan sebuah protokol tambahan
yang sempat membuat saya bingung, suara saya harus tidak ‘klembak-klembek’. Terlahir sebagai tiyang jawi tulen sama sekali tidak membuat saya paham akan makna
sebenarnya dari suara yang tidak ‘klembak-klembek’
. Bertanya kesana-sini, mencoba berbagai jenis suara dan pembawaan pembawa
acara, membuat saya semakin heran, seperti apakah pengisi acara kali ini hingga
suara saya saja, harus dibuat sedemikian rupa dengan berbagai penambahan
etiket. Betapa hebatnya beliau. Karna, selama saya berpindah-pindah panggung
sebagai pembawa acara amatiran di antara para santriwati lain, saya merasa
belum pernah dibentengi sedemikian rupa. Apakah bintang tamu kali ini adalah
Bapak Mario Teguh? Atau Marry Riana?
Acara digelar di masjid raya ponpes Darul Ihsan
Muhammadiyah Sragen pada tanggal 9 Agustus 2016. Sesuai dengan pengaturan acara
-yang sebenarnya baru kali ini dilakukan- para peserta training motivasi -160
santri SMA Trensains- diharuskan datang setengah jam sebelum pengisi acara
datang. Sungguh rajin di luar kebiasaan, hal ini membuat keheranan saya semakin
kuat, seperti apa pengisi acara kali ini? Sedikit grogi saya mendengarkan final briefing oleh ustadz waka
kesiswaan SMA. Mengingat latihan tadi sore dibatalkan karena hujan dan merasa
tamu kali ini luar biasa, saya merasa perrsiapan saya untuk membawakan acara
kali ini kurang. Namun, apa daya, besi telah berkarat, saya terlanjur datang
sebagai pembawa acara, haram hukumnya pulang sebagai peserta acara.
Jam 19.55, ustadz memberikan aba-aba agar saya
memulai acara. Saya memantapkan diri, mencoba agar tidak terlihat grogi dan
tetap PeDe. Setelah sedikit bergaya seperti membenarkan letak kacamata dan
bolpen di saku jas, saya mengambil nafas panjang dan mulai mengucap sebuah
salam yang mantap, saya mencoba melupakan betapa super bintang tamu saya dan betapa
amatirannya saya, dan juga melupakan perihal suara ‘klembak-klembek’ tadi, karna sampai saya berdiri membuka acara,
saya sejatinya belum tau apa maknanya.
Semakin ke sini, saya semakin bisa menguasai
acara. Beberapa majas sengaja saya masukkan sebagai buah lidah agar penampilan
saya tidak terlalu terlihat flat,
beberapa kalimat berbahasa Inggris juga turut mewarnai agar memberi kesan Globally pada SMA Trensains tercinta
yang baru seumur jagung. Dan tibalah satnya mempersilahkan pengisi acara untuk
mengambil alih. Sesuai dengan protokol, dengan sopan saya sebutkan nama pengisi
acara dengan panggilan yang cukup keren, ‘Brother Muhtar Wijaya’, dan langsung
disambut tepuk tangan meriah dari peserta. Saya pun mundur dari muka acara dan
bergabung dengan peserta untuk menerima materi Training Motivasi bertajuk, ‘The
Great Khalifah In You’, dengan motto, ‘Menyadari Keajaiban dan Keistimewaan
Diri dalam Meraih Gemilang Prestasi Seorang Khalifah Sejati’.
Acara diawali dengan menonton sebuah video
testimoni beberapa sekolah dan organisasi yang pernah dihadiri oleh Brother
Muhtar Wijaya sebagai motivator. Dalam video, nampak semua peserta training
motivasi menangis tersedu-sedu, berdoa’a hingga menitikkan air mata, dan ada
pula yang nampaknya sedang dalam pengaruh hipnotis. Saya kembali terheran, apa
benar bapak yang ada di hadapan saya ini telah membuat semua orang dalam video
tersebut demikian terhanyut suasana? Kok bisa? Gimana caranya? Masa nanti di
sini juga nangis-nangis gitu, kehipnotis gitu? Ah,...masa sih?
Namun, kekonon-kononan yang tersirat pasca
melihat video testimoni itu tak meleset satu nano pun. Brother Muhtar Wijaya
yang merupakan pendiri BMW Institute benar-benar pelakunya.
Training motivasi kali ini bukan hanya membuat
kita menyadari bahwa kita akan menjadi seorang khalifah, namun lebih dari itu,
kita terlahir sebagai seorang khalifah. Kepemimpinan, kesuksesan, kejayaan,
keemasan, keberhasilan, kelebihan, keluarbiasaan, pengorbanan, kepelikan,
perjuangan, kekuatan, ketangguhan, kesakitan, kegagalan, kemunduran, ujian,
pujian, semuanya telah mengalir mengikuti denyut nadi kita sejak jantung mulai
berdetak, sejak ruh mulai ditiupkan sang Kuasa, kita telah menjadi seorang
khalifah. Dalam acara, kami telah melihat sebuah bukti nyata bahwa sukses
tidaknya diri kita itu merupakan pilihan dari dalam diri kita sendiri. Apakah
kita akan mengikuti sugesti positif, atau memilih bersembunyi dalam selimut
sugesti negatif.
Ketika kita berhasil mengatur mindset, ‘kita bisa’, maka secara alami,
tubuh kita dan semua yang ada di sekitar kita akan mengikuti semua firasat
kita, maka benar adanya, ‘Allah sesuai dengan prasangka hambanya’. Jika
demikian, betapa indahnya jika kita selalu berprasangka baik, positive thinking, tentu kita akan
senantiasa mendapatkan kepositifan hidup. Hal ini saya simpulkan ketika seorang
santri kelas X mengikuti suggesti Broth Muhtar dalam pengaruh hipnotis. Bahkan
ketika suggesti menyebutkan, ‘ Anda menjadi kuat, sangat kuat, kuat tak
terkalahkan!’, begitu hebat suggesti mempengaruhi diri. Ketika kita yakin kita
bisa, maka kita pasti bisa, bagaimanapun jalannya, namun jika kita tak pernah
yakin kta bisa, maka demikianlah kita akan menjadi.
Yang lebih mengesankan adalah ketika broth
Muhtar membimbing kami untuk mengucapkan sebuah pernyataan yang sangat mengetuk
hati. Semua peserta bergetar, beberapa menangis. Bagaimana tidak, kami seolah
dihadapkan pada sebuah keajiban besar yang sebelumnya tak pernah terbersit,
selalu merasa tak sanggup, namun malam itu, kami telah memastikan jiwa raga
kami ikhlas memikulnya. Kami adalah khalifah, penyongsong peradaban, penjemput
kejayaan, pemimpin keemasan.
Bukan sekedar itu, yang lebih mengarukan,
setelah kami dibesarkan dengan kata Khalifah Allah, kami kembali diingatkan bahwa
sebesar apapun kita, sesungguhnya kita berangkat dari sebuah titik kecil tak
berdaya, orangtua, guru, kawan seperjuangan, mereka semua adalah pembangun,
membentuk diri kita hingga dewasa kini.
Saya memastikan hampir tidak ada yang tidak
tersentuh menitikkan airmata saat broth Muhtar mengingatkan kami tentang
jasa-jasa orangtua kami. Meskipun saya sendiri, dan kami semua kerap
mendapatkan materi motivasi yang sama mengenai orangtua, namun rasanya tidak
sangsi bagi kami untuk menangis haru kali itu. Sungguh tersentuh mendengar
jasa-jasa orangtua, betapa mereka mencintai kami, betapa semua telah rela
dikorbankan, betapa sabar mereka membimbing kami. Bagaimana jadinya jika kami
tidak berasal dari bagian mereka berdua? Apa jadinya kami? Mungkin kami bukan
muslim, tidak sekolah, jarang makan, berbicara lancang, tidak beradab, terdidik
menjadi penjahat, naudzubillahi min dzalik. Terlahir dari keluarga yang baik,
yang mendidik dengan kasih, yang menyayangi tanpa pamrih, dan tentu dengan iman
yang shahih, merupakan anugerah terindah bagi seorang manusia. Alhamdulillah...
Materi ditutup dengan gemuruh tepuk tangan,
bintang tamu kami memang hebat, dan saya bangga karna memiliki pengalaman
membawakan acara sesuper ini. Pada monolog penutupan, saya menyambut seluruh
peserta yang masih didera rasa haru dengan sebutan, ‘160 calon pemimpin
peradaban’, betapa indahnya, kita yakin akan diri kita sendiri. Dan karna
itulah, seperti saya kutip dari brother Muhtar Wijaya, ‘ karena kita bangun, menghebat,
dan membijak.’ (Salma Nabila - Pembawa Acara Training Motivasi TGKIY)
PHOTO TERKAIT:
0 thoughts on “Salma Nabila: Bhind the Scene Training Motivasi "The Great Khalifah in You"”