Smatrensains.com, Sragen - “Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan
Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik surga, maka Kami
kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Selain itu adapun orang-orang yang
bakhil dan merasa dirinya cukup,
serta mendustakan pahala terbaik,
maka kelak Kami akan menyiapkan
baginya jalan yang
sukar”.
Tentu kita tidak asing dengan arti ayat Al-Quran di atas. Ayat yang termasuk mudah dihafal ini merupakan potongan dari surat
Al-Lail
yang memiliki
susunan unik karena ada kesamaan “fasanuyassiruhu”
dengan akhir yang berbeda. Yang satu diakhiri “lil yusra” sedang yang satu “lil
‘usra”. Meskipun kedengaran hampir sama, kedua kata tersebut memiliki arti yang
180°. Di satu sisis
berarti
kemudahan, di sisi lain berarti kesulitan. Lalu, apa
kaitannya dengan ayat di atas ?
Pada ayat lima sampai dengan ayat sepuluh, dijelaskan
bahwa manusia dibagi menjadi dua golongan. Golongan yang pertama adalah orang
yang gemar memberi dan senantiasa bertaqwa. Orang yang gemar memberi, berarti
dia telah memuka pintu pintu rejeki. Ibarat orang menananm, kelak ia pasti ia
akan mengetam. Bersedekah berarti menginvestasikan sesuatu yang kita miliki
kepada Allah kemudian kita tunggu balasannya. Nantinya, pasti Allah akan
menggantinya di saat yang tepat. Seperti di saat kritis, sedang membutuhkan, ataupun yang sedang kesusahan. Tidak
cukup hanya menderma, tetapi taqwa juga merupakan hal yang penting
di sini. Taqwa bisa diartikan Allah tidak
mendapati kita, dalam keadaan bermaksiat kepadanya. Jadi ya, kita harus selalu
berada pada jalan yang diridhai-Nya, selalu berada di jalur ketaatan, dan tidak sekali-kali mencoba untuk mendekati jalur kemaksiatan. Itulah apa yang disebut
dengan taqwa.
Dilanjutkan dengan “washaddaqa bil husna”, dan
membernarkan pahala terbaik. Bagi orang mukmin ini dibahasakan sebagai Iman.
Orang beriman pasti akan percaya dan membenarkan tentang surga, pembalasan, penimbangan amal, hisab dan sebagainya. Percaya dengan
seutuhnya tanpa ada keraguan sedikitpun. Jikalau sudah mencapai pada derajat
orang yang dermawan, bertaqwa, dan beriman. Maka Allah menjanjikan dalam
kalamnNya, “Akan kami mudahkan baginya jalan menuju
kemudahan”.
Seorang
murid akan dimudahkan dalam belajarnya, pedagang akan dilariskan dagangannya,
petani akan dilimpahkan panennya, dengan catatan, manusia itu harus melekatkan
dirinya pada pribadi dermawan, bertaqwa, dan beriman, seperti halnya janin
melekat pada rahim.
Adapaun golongan kedua, adalah mereka yang menahan
hartanya untuk egonya sendiri, dan juga merasa bahwa dirinya tidak memerlukan
pertolongan dari siapapun, merasa sombong dan berbangga hati. Golongan ini,
oleh Allah akan dimudahkan pada jalan kesulitan, kesengsaraan, dicabut barokah
dari mereka, dimuluskan jurang-jurang di hadapan mereka. Naudzubillah tsumma naudzubillahi min dzalik.
Kesimpulannya, pada surat Al-Lail ayat 5–10 ini sangat
menegaskan betapa adilnya Allah. Allah memberikan kebebasan pada manusia untuk
memilih hendak menjadi orang yang baik atau buruk. Memilih jalan mudah ataupun
sukar, yang balasannya sudah Allah jelaskan padasurat
Al-Lail ayat 5–10 tersebut. Wallahu a’lam bishshawab.
Muhammad Tahmid 10 IPA1
0 thoughts on “Allah yang Membukakan Jalan Kesulitan dan Kemudahan bagi Manusia ”