Smatrensainscom, Sragen - Jihad
Fi Sabilillah, sebagai muslim kita tentu tidak asing
dengan kata-kata itu. Ya, berjuang di jalan Allah, adalah jalan yang teramat mulia untuk meraih husnul
khotimah yang akan ujungnya ada di muara surga. Kita sebagai muslim juga pasti mendambakan kehidupan akhirat di
surganya Allah SWT. Tetapi, sungguh tidak pantas jika kita meminta-minta surga, namun kita
malah mengikuti langkah-langkah
syaithan. Maka sekali lagi,
jihad adalah jalan lurus yang berujung surga,
namun dipenuhi dengan berjuta rintangan dan godaan.
Jihad secara bahasa berasal dari kata جَاهَدَ – يُـجَاهِدُ – جِهَادًا yang
berarti berjuang, sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia Jihad
berarti usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan, usaha
sungguh-sungguh membela agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan
raga. Nah, berjihad bisa kepada hal negatif bisa juga pada hal positif. Sebagai orang yang berkemajuan kita
harus menentukan arah, tujuan, dan jalan jihad kita masing masing. Kita harus
tahu arah mana yang boleh kita tuju. Tidak hanya tau, kita juga harus tau apakah kita bisa dan mampu
untuk menempuh jalan jihad itu sendiri atau jika melewati jalan jihad itu kita
malah menyusahkan orang lain karena kita tidak mampu. Selain menentukan arah,
kita juga harus memiliki tujuan dalam berjihad. Jika arah dan tujuan sudah ditentukan, maka jalan jihad yang baik untuk kita akan
dengan ikhlas ditampakkan oleh Allah SWT.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang
cara menempuh jalan jihad, alangkah baiknya kita mengingat dan menyadari
terlebih dahulu, seberapa jauh sih kita melenceng dari jalan Allah SWT?
Masihkah kita melaksanakan shalat bila tiada yang memaksa, masihkah kita bisa menahan
hawa nafsu ketika puasa di saat tak ada yang menjaga, masihkah juga kita melaksanakan sunnah-sunnah
Rasul SAW saat tidak ada yang memperhatikan, atau ingatkah kita berapa banyak
kita berdusta pada orang tua kita?
Tanyakan jawaban semua itu pada hati kita. Karena hati kita
seringkali mencegah kita dalam kemaksiatan dengan memberi keraguan pada kita.
Namun, seringkali juga kita menolak dan mendustai hati kita sendiri. Namun, tetap saja selagi masih
bernafas, maka tidak ada kata terlambat atau terlalu cepat untuk memohon
ampunanNya, yang Maha penerima taubat.
Kembali kejihad. Lantas bagaimana cara berjihad bagi kita?
Setiap orang punya jalan jihadnya sendiri-sendiri. Jihad bisa dengan berperang,
berpolitik, menyebarkan dakwah amar makruf nahi munkar, bahkan bisa dengan
menuntut ilmu. Lalu jalan jihad yang mana yang sepantasnya kita ambil?
Bagaimana jika kita ingin ikut berperang di palestina misalnya. Bukannya menganjurkan untuk tidak
mengambil jalan berperang, tapi ada baiknya kita mengingat, banyak peperangan
kaum muslim dengan kaum kafir akhirnya dimenangkan oleh kaum muslim dengan
salah satu faktornya adalah kebanyakan tentara kaum muslim adalah orang-orang
yang mencintai dan mentaati perintah perintah Allah dan melaksanakan sunnah-sunnah
Rasul SAW. Seperti kemenangan dalam perang badar, ataupun keruntuhan
konstantinopel di bawah kepemimpinan sultan Al-Fatih. Mengapa Allah mengizinkan kemenangan bagi kaum muslim? Maka jawabannya adalah karena Allah
menilai bahwa mereka pantas untuk mendapat kemenangan dengan kecintaan dan
keistiqomahan mereka dalam beribadah kepada Allah SWT juga dengan usaha keras yang nyata. Sudahkah kita merasa pantas di hadapan Allah untuk
meminta kemenangan? Maka cara terbaik untuk membantu kemenangan Islam selain ikut
berperang adalah meyedekahkan harta yang kita punya dalam bentuk apapun, atau
paling mudahnya adalah dengan mendoakan.
Cukuplah itu jihad kita untuk membantu negeri Islam yang sedang
dijajah. Sekarang mari kita lihat negeri kita sendiri, di balik kenyamanan
kita atas kemerdekaan yang kita rasakan ternyata idealisme kita masih dijajah besar-besaran. Bukannya
sulit untuk menemukan orang korupsi, bukannya sulit juga untuk menyadari, bahwa
kita kaum muslim di Indonesia sedang diserang oleh musuh-musuh Allah. Maka
kita harus membuka lebar mata kita, dan melihat dari semua sudut pandang. Kita
harus memahami pandangan si ”pendukung A”, dan pandangan si ”penolak A”, tentu dengan mengetahui kebenaran fakta yang ada.
Jihad seorang dokter adalah bagaimana ia adil dalam
menyembuhkan pasiennya. Jihad seorang
tentara adalah dengan pembelaannya terhadap negaranya sendiri. Jihadnya
pedagang adalah bagaimana ia bertindak adil dan membuat nyaman pembelinya. Jihad Guru adalah ketika ia ikhlas dalam mendidik dam mengajar. Masih ada banyak sekali bentuk bentuk jihad yang
meksipun tampaknya kecil, namun ketika ia ikhlas dan konsisten maka hasilnya
akan tampak berkali kali lipat lebih besar daripada awalnya.
Jika semua insan konsisten dengan jalan jihadnya
masing-masing, tentu dunia tanpa perselisihan sudah sejak lama terwujud.
Semisal ada penjahat atau orang yang kita anggap melenceng dari
jihadnya tadi, maka dengan cepat para penegak kebenaran akan meluruskan orang
tersebut agar ia kembali kejalan jihadnya yang benar. Maka itulah gambaran atau perumpamaan dunia apabila jumlah orang yang konsisten
dengan jalan jihadnya lebih banyak dibanding orang yang tidak konsisten dengan jalan
jihadnya, atau malah malah tidak punya arah, tujuan, dan jalan jihadnya
sendiri.
Karena di zaman yang serba modern ini semuanya rentan sekali
terserang wabah-wabah maksiat. Contoh paling jelasnya adalah Internet. Internet
dengan segala kemudahan dan segala kemanfaatannya, seperti yang kita ketahui
juga banyak sekali menyimpan mudhorot yang menjerumuskan masyarakat di seluruh
dunia kepada lubang lubang maksiat. Keadaan ini tentu membuat setan-setan penganggu
semakin senang karena meraka dengan mudah menjerumuskan manusia, atau malah
manusia yang saling menjerumuskan sehingga setan-setan tadi sudah tidak perlu
bersusah payah bekerja lagi. Ini pun juga menjadi jalur jihad yang penting.
Internet adalah sesuatu yang sangat luas, sangat lebar, dan sangat besar. Dan
kita pun dapat memanfaatkannya sebagai pedang tajam yang menebas kemaksiatan,
atau pedang tajam yang menebas kebaikan. Semua itu ada di tangan kita, tinggal kita memilih, memakainya untuk kebaikan,
kejelekan atau tidak kita pakai sama sekali yang berarti kita menyia nyiakan
sejata terbaik di masa ini.
Tempuhlah jalan jihadmu sendiri, dan perhatikan kaum muslim
yang terzhalimi. Tidak ada lagi waktu santai, karena tidakk lama lagi para
kafir akan menjajahmu. Pulanglah dari jalanmu yang melenceng dan kembali ke jalan Jihadmu. Pulanglah dari ketidaktahuanmu dan kejarlah
sejuta pengetahuan. Saat ini milyaran saudara seimanmu tengah menunggumu. Pulanglah, karena lagi-lagi mereka, Kaum
muslimin akan berjalan mantap bersamamu di jalan jihadnya masing masing. Pulanglah dengan
tobat dari segala dosa, karena kemenangan tepat ada di ujung jalan jihadmu.
Sekali lagi pulanglah, Islam menunggumu.
(Luthfi Muh. Din Prakoso, 11 IPA1)
0 thoughts on “Pulanglah, Islam Menantimu”